Taksonomi Solo dan Taksonomi Bloom Dalam Pembelajaran Mendalam

  • Home
  • Artikel
  • Taksonomi Solo dan Taksonomi Bloom Dalam Pembelajaran Mendalam
Taksonomi Solo dan Taksonomi Bloom Dalam Pembelajaran Mendalam

Taksonomi Solo dan Taksonomi Bloom Dalam Pembelajaran Mendalam

Oleh: Agus Suroyo

Fasilitator Nasional Pembelajaran Mendalam, Koding AI, dan Pendidikan Karakter

     Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi, identifikasi, dan penamaan pada benda, makhluk hidup, atau konsep. Dalam dunia pendidikan kita mengenal taksonomi Bloom. Pada era deep learning ini kita mengenal taksonomi lain namanya Taksonomi SOLO. 

     Taksonomi Bloom adalah model hirarkis yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkat kompleksitas dan spesifitasnya. Fungsi taksonomi Bloom adalah untuk membantu menentukan tujuan pembelajaran yang spesifik dan terukur serta membantu untuk merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan tersebut. Dalam taksonomi Bloom terdapat 3 domain yang sangat kita kenal yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada domain kognitif, Bloom mengklasifikasi tingkatan kemampuan berfikir menjadi enam yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dari enam tingkatan taksonomi Bloom ini kemudian melahirkan dua istilah yang kita kenal istilah HOTS dan LOTS. HOTS (higher order thinking Skills) yaitu mereka yang memiliki kemampuan berpikir  kemampuan berpikir pada level menganalisis, mengevaluasi dan mencipta sedangkan pada kemampuan berpikir mengingat, memahami dan menerapkan masuk kategori LOTS (Lower Order Thinking Skills). Taksonomi Bloom ini memiliki empat fungsi penting yaitu merancang pembelajaran, menyusun tujuan pembelajaran, memilih strategi pembelajaran, dan merancang penilaian.

    Berbeda dengan taksonomi Bloom, John Biggs dan Kevin Collis pada tahun 1982 memperkenalkan taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes). Taksonomi SOLO adalah kerangka kerja untuk mengukur tingkat pemahaman siswa melalui beberapa tingkatan hierarkis. Untuk itu taksonomi ini sangat cocok dengan pendekatan pembelajaran mendalam  karena taksonomi SOLO ini dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan seberapa dalam pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari.

     Dalam taksonomi SOLO, terdapat lima tingkatan yaitu prestruktural, unistruktural, multistruktural, relational, extended abstract. Tingkatan prestruktural adalah tingkatan anak yang memberikan respon hanya satu aspek tetapi jawabannya tidak terkait dengan pertanyaan. Unistruktural adalah respon siswa hanya fokus pada satu aspek yang relevan tetapi tidak terhubung satu sama lain. Multistruktural yaitu jawaban siswa telah mencakup beberapa aspek namun tidak terhubung satu sama lain. Relational adalah jawaban siswa telah menghubungkan berbagai aspek yang relevan sehingga membentuk pemahaman yang lebih komprehensif dan terstruktur. Level paling tinggi adalah extended abstract yaitu jawaban siswa yang menunjukkan pemahaman yang mendalam dan luas, mampu mengaplikasikan konsep pada situasi baru dan membuat generalisasi. Dalam mengukur kedalaman pemahaman, taksonomi SOLO lebih presisi dibandingkan taksonomi Bloom karena ada ukuran yang jelas.

     Taksonomi Solo memiliki fungsi setidaknya pada 3 hal yaitu untuk pengukuran pemahaman, perencanaan pembelajaran, dan pengembangan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian perbedaan taksonomi Bloom dan taksonomi Solo adalah taksonomi Bloom lebih fokus pada proses kognitif yang terlibat dalam pembalajaran sedangkan taksonomi Solo menekankan pada tingkat pemahaman siswa terhadap konsep atau materi dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

    Dalam pembelajaran mendalam kita dapat memanfaatkan taksnomi Bloom untuk menentukan tujuan pembelajaran melalaui analisis kata kerja operasional kemudian merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan level kata kerja operasional dalam tujuan pembelajaran tersebut. Sebagai contoh pada mata pelajaran PAI terdapat tujuan pembelajaran menganalisis manfaat beriman kepada malaikat, maka dengan KKO (menganalisis) berarti tujuan pembelajarannya mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Dengan tujuan pembelajaran yang HOTS maka pembelajaran harus didesain agar kegiatan pembelajarannya mengajak anak untuk melakukan analisis. Dengan demikian kegiatan pembelajaran seperti ceramah tidak cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran ini. Kegiatan yang cocok adalah kegiatan analisis misal melalui model pembelajaran problem based learning, inquiry, discovery, induktive thinking, atau attainment concept. Dari KKO tujuan pembelajaran (menganalisis) maka level pemahaman hasil pembelajarannya diharapkan pada level relational dalam taksonomi SOLO.

   Dengan demikian soal asesmentnya juga harus disesuaikan untuk mengukur kemampuan anak dalam proses menganalisis. Untuk itu instrumen tesnya pun harus disesuaikan. Untuk melihat kemampuan analisis dan jawaban siswa yang lebih komprehensif serta kemampuan menghubungkan maka soal uraian lebih relevan daripada sekedar soal pilihan ganda. Sekalipun soal pilihan ganda tetap bisa untuk mengukur pemahaman level relational namun jawaban dari soal uraian lebih mudah mengidentifikasi kemampuan analisis dan relationalnya. Dari gambaran di atas maka kita memperoleh gambaran penggunaan 2 taksonomi ini akan membantu kita melaksanakan pembelajaran mendalam atau pembelajaran HOTS dengan dimulai merencanakan pembelajaran melalui analisis level KKO, menentukan aktivitas pembelajaran yang sesuai dan melakukan asesmen sesuai dengan level kemampuan berpikir yang dikehendaki dalam tujuan pembelajaran.


Semanu, 22 Agustus 2025