Socratic Questioning Dalam Asesmen Pembelajaran Mendalam
Oleh : Agus Suroyo
Guru Aqidah Akhlak SMP MUH AL MUJAHIDIN
Hari ini saya fokus kerja di sekolah. Mumpung tidak ada agenda, saya fokuskan untuk mengoreksi jawaban asesmen tengah semester. Bagi guru asesmen ini adalah umpan balik terhadap hasil belajar siswa dan juga seberapa jauh keberhasilan guru dalam mengajar. Semester ini saya mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas 7. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang lebih fokus pada menanamkan keyakinan dan menumbuhkan karakter mulia.
Materi yang saya ajarkan adalah Iman Kepada Allah. Tujuan pembelajaran dalam materi ini ada empat yaitu menunjukkan dalil aqli dan dalil naqli, menjelaskan makna beriman kepada Allah SWT, mencontoh perilaku beriman kepada Allah Swt, dan menjelaskan hikmah beriman kepada Allah Swt. Jika dianalisis menggunakan taksonomi Bloom keempat tujuan pembelajaran itu hanya pada level C1,C2 dan C3. Sekalipun demikian kita tetap mendorong agar anak memiliki pemahaman mendalam tentang materi ini. Untuk itu dalam proses pembelajaran perlu didesain agar anak bisa mencapai kemampuan relational syukur extended abstract dalam taksonomi Solo. Jika anak mencapai pemahanan diantara 2 level ini maka berarti kita telah berhasil mencapai level deep learning.
Selain tujuan kognitif, saya juga meletakkan tujuan afektif sebagai penanda keberhasilan pembelajaran ini. Ada 4 perilaku yang diharapkan dapat diamalkan anak-anak setelah pembelajaran ini yaitu mendirikan shalat 5 waktu, selalu mengucap syukur, berbuat baik kepada sesama, dan infaq setiap hari jumat. Keempat hal ini akan dinilai melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
Dari hasil asesmen tengah semester diperoleh data bahwa dari 119 siswa yang saya ajar, 80,67 % telah mencapai ketuntasan. Kelas 7A terdapat 86% yang mencapai ketuntasan sedangkan kelas 7B ada 83,87%, kelas 7C ada 74,19% dan terakhir kelas 7D ketuntasannya 78,57%. Masih ada 23 siswa yang harus saya lakukan remidial teaching dengan mengulang kembali cara saya mengajar agar mereka mencapai ketuntasan.
Dalam asesmen ini saya menguji anak dengan soal uraian. Mengapa soal uraian? Karena agar saya mengetahui sebarapa jauh pemahaman anak terhadap materi yang saya ajarkan. Dengan soal uraian saya akan lebih mudah menentukan kedalaman pemahaman anak terhadap konsep yang telah diajarkan. Dari jawaban anak-anak ini kita bisa mengetahui apakah anak termasuk memahami satu ide (unistruktural), memiliki banyak ide (multistruktural), menghubungkan ide-ide (relational) atau memperluas dan menerapkan ide (extended abstract).
Dalam soal saya menggunakan socratic questioning yaitu teknik bertanya yang mendorong pemikiran kritis, reflektif,dan pemahaman yang mendalam tentang suatu ide atau informasi. Ada 6 jenis pertanyaan Socratic Questioning yaitu clarification questions, assumption questions, reason and evidence questions, viewpoint questions, impication and consequence questions, dan questions about the question. Dalam soal ATS saya hanya memasukkan 3 saja pertanyaan socratic ini.
Pertanyaan yang termasuk clarification questions misalnya jelaskan pengertian dalil aqli dan dalil naqli tentang iman kepada Allah dan mengapa perlu dalil aqli dan dalil naqli tentang iman kepada Allah?. Pertanyaan ke 2 adalah pertanyaan assumption questions. Saya membetikan soal kepada mereka untuk mempertanyakan asumsi yang mendasari argumen misalnya mengapa beriman kepada Allah itu penting?. Dengan pertanyaan ini maka anak-anak akan terdorong untuk berpikir lebih dalam tentang pentingnya kita beriman kepada Allah. Dengan demikian untuk menjawab soal ini anak harus berpikir lebih mendalam dan tidak hanya menjawab dengan teks hafalan yang ada di buku. Kemudian pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan tentang alasan dan bukti (Reason and Evidence Questions). Diantara soal terkait ini adalah saya berikan studi kasus tentang perilaku yang bertentangan dengan perilaku beriman kepada Allah kemudian mereka saya minta untuk memberikan argumen mengapa mereka memasukkan perilaku itu sebagai perilaku yang tidak mencerminkan iman kepada Allah.
Melalui soal-soal ini, para siswa memberikan jawaban-jawaban yang menarik dengan menggunakan argumen mereka masing-masing. Dengan menjawab soal berargumen maka kita telah melatih anak untuk berpikir relational yang ini merupakan salah satu indikator deep learning. Dengan demikian deep learning tidak saja berkesadaran, bermakna dan menggembirakan tetapi juga harus ditopang dengan pertanyaan-pertanyaan pematik maupun asesmen yang mendorong anak berpikir mendalam. Dari hasil jawaban anak-anak kelas 7 ternyata mereka bisa menjawab soal-soal dengan socratic questioning ini.
Playen, 25 September 2025